Surat Untuk Para Cendikiawan
SURAT UNTUK PARA CENDIKIAWAN[1]
Oleh
Dr. Husain bin Abdul ’Aziz Aalu Syaikh
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allâh sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali-‘Imrân/3: 102]
Marilah senantiasa menjaga ketakwaan kita kepada Allâh Azza wa Jalla agar Dia selalu menjaga kita dari seluruh keburukan dan kesempitan hidup, dan semoga Allâh Azza wa Jalla akan memberikan jalan keluar terbaik bagi kita dari semua permasalahan yang kita hadapi.
Setiap yang berakal sehat sepakat bahwa persatuan dan kerukunan adalah tuntutan yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh umat yang mengharapkan kejayaan dan kebaikan. Oleh karena itu, Islam datang untuk menguatkan persatuan barisan, memperhatikan tolong-menolong dalam kebaikan, kerukunan serta persaudaraan dalam rangka meraih kebaikan dan menangkal kerusakan.
Sesungguhnya derita yang menimpa umat Islam saat ini diberbagai belahan dunia yang diakibatkan oleh berbagai peristiwa, mengharuskan setiap Muslim, bagaimanapun martabat dan tingkat keilmuannya, untuk bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla . Dan hendaknya semua sikap bertolak dari dasar yang menyatukan, bukan memisahkan, merukunkan, bukan mencerai beraikan, selama itu bisa dilakukan.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allâh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allâh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allâh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allâh, orang-orang yang bersaudara. [Ali-‘Imrân/3: 103]
Sungguh, seharusnya pada saat ada gerakan-gerakan yang menuntut perubahan besar seperti saat ini yang masih berlangsung diberbagai negara, maka wajib bagi para Ulama dan Pemimpin untuk mengasihi dan memelihara umat, rakyat, serta negara mereka dari kesengsaraan perpecahan dan bergolong golongan. Karena kebahagiaan itu sebenarnya terletak pada persatuan kalimat; kebaikan itu terletak pada kesatuan barisan; dan kemakmuran terletak pada persatuan masyarakat Muslim.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ ﴿١١٨﴾ إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allâh menciptakan mereka. [Huud/11: 118 -119]
Dalam memahami ayat ini para Ulama Salaf mengatakan bahwa Orang-orang yang dirahmati Allâh Azza wa Jalla tidak akan berselisih dengan perselisihan yang membahayakan mereka. Ketika perselisihan membawa kepada perpecahan dan pertentangan, maka ini akan menyebabkan mereka dijauhkan dari rahmat Allâh di dunia dan Akhirat.
Dalam agama Islam, perselisihan bukanlah menjadi penyebab perpecahan dan permusuhan. Dia bukan hal yang mengancam persatuan, bukan pula yang melumpuhkan gerakan masyarakat dan kehidupan. Namun perselisihan, tatkala terpaksa, merupakan sebuah fenomena yang sah-sah saja, yang menuntut ada upaya untuk memilih pendapat terbaik yang bisa mendatangkan kemaslahatan dan menolak keburukan. Dengan ini, keridhaan Allâh Azza wa Jalla akan terealisasi buat masyarakat yang mendatangkan persatuan dan kerukunan serta dijauhkannya perpecahan dan pertikaian.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا
“Sesungguhnya Allâh meridhai bagi kalian tiga hal”.
Di antara yang beliau sebutkan:
وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
“Dan kalian berpegang teguh dengan tali Allâh dan kalian tidak berpecah belah”. [HR. Imam Muslim]
Barakah di negara-negara Muslim dan kebaikan buat masyarkatnya tidak akan bisa diraih kecuali dengan mengalah dan tidak mempertahan pendapat sendiri demi kepentingan persatuan dan kesatuan. Benarlah apa yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
الْبَرَكَةُ فِي ثَلاثَةٍ
Barakah ada pada tiga hal.
Diantara yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan adalah :
الْجَمَاعَةِ
“Al-jama’ah”. [HR. Thabrani dan Baihaqi; dihasankan al-Albani-red]
Hindarilah perpecahan dan perbantahan serta jauhilah sikap berkelompok-kelompok. Rabbuna Allâh Azza wa Jalla telah berfirman :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan taatlah kepada Allâh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allâh beserta orang-orang yang sabar. [Al-Anfal/8: 46]
Wahai orang-orang yang memandang ijtihadnya yang benar ! Semoga Allâh membalas usaha baik kalian ! Namun tatkala pendapat kalian itu bertentangan dengan pendapat jama’ah (orang banyak), maka utamakanlah kemaslahatan umum. Karena kemaslahatan serta manfaat persatuan jauh mengungguli kerusakan yang disebabkan oleh perpecahan dan perselisihan akibat berpegang dengan pendapat sendiri.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, dan beliau hidup dimasa perselisihan dan perpecahan ummat, “Apabila sebuah kaum berpecah belah niscaya mereka akan rusak serta binasa dan jika mereka bersatu niscaya mereka akan baik dan berkuasa, karena sesungguhnya persatuan adalah rahmat, dan perpecahan adalah azab”.
Dalam rangka menjaga persatuan, maka hendak kaum Muslimin mewaspadai dan menjauhi sikap yang meremehkan kedudukan orang yang diridhai oleh kaum muslimin sebagai Pemimpin. Karena sikap itu bisa menimbulkan banyak keburukan dan kerusakan besar. Alangkah besar dosanya di sisi Allâh Azza wa Jalla dan alangkah buruknya di mata syariat, apabila perselisihan dalam perkara dunia menyebabkan jiwa melayang, korban luka-luka, serta kerusakan harta benda dan kedudukan.
Bukankah kita memiliki al-Qur’ân yang bisa membimbing langkah-langkah kita ?! Bukankah kita memiliki Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan kepada kita semua yang bisa memperbaiki keadaan kita di dunia dan akhirat ?! Semua metode yang keluar dari jalur al-Qur’ân dan as Sunnah merupakan cara-cara syaithan dan jalan permusuhan yang tidak diakui oleh syariat, serta tidak sejalan dengan peradaban dan masyarakat yang luhur nan tinggi!
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
“Janganlah kalian kembali kufur dengan saling membunuh satu sama lain” [HR. Bukhari dan Muslim-red]
Dimanakah perhatian ummat ini terhadap nasehat yang agung ini ?
Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kaum Muslimin kuat berpegang teguh dengan al-Qur’an dan as-sunnah sesuai dengan pemahaman salaful ummat ! Menjadikan mereka termasuk orang-orang segera menyadari kesalahan-kesalahan yang dilakukannya jika terjebak dalam kesalahan lalu beristighfar memohon ampun kepada Allâh !
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XVII/1435H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
________
Footnote
[1] Diadopsi dari khutbah jum’at yang beliau sampaikan di Masjid an-Nabawi di Madinah al-Munawwarah pada tanggal 1 shafar 1434 dengan judul Risalatun ila Uqala’il Ummah
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/5438-surat-untuk-para-cendikiawan.html